UPAYA PENCEGAHAN STUNTING DENGAN OPTIMALISASI PERAN POSYANDU

Penulis

DOI:

https://doi.org/10.36984/jam.v2i1.289

Kata Kunci:

Stunting, fish crackers, empowerment, toddler

Abstrak

Background : Indonesia is faced with a double burden, apart from facing malnutrition, stunting and anemia, at the same time it also faces the problem of obesity. The prevalence of stunting in Indonesia was 30%-39%. As Nawacita the President of the Republic of Indonesia, stunting is contained in the 2020-2024 RPJMN with a target of reducing prevalence to 14%. The number of stunting cases in the Batam Kepulauan Riau Province in 2020 was 7.2%. Based on a preliminary study, it was noted that 7 toddlers were stunted.

Method: Stunting prevention efforts through a partnership program in the form of counseling and training on the cultivation of ikan tamban menari as processed food ingredients for fish crackers and nuggets, then empowerment as an effort to increase public awareness, and good parenting in fulfilling nutrition, growth and development of toddlers. Activities carried out during December 2021 have had positive impacts and results in the form of providing complementary feeding, increasing public awareness, and implementing parenting patterns.

Result: Optimizing the role of posyandu through this partnership program can be well received by the community, cadres and posyandu partners as targets. This program is expected to run well and sustainably

Biografi Penulis

  • Ratna Dewi Silalahi, Universitas Batam

    Latar Belakang : Indonesia dihadapkan Double Burden, artinya selain menghadapi masalah kekurangan gizi stunting dan anemia, pada saat yang sama juga menghadapi masalah kelebihan gizi dan obesitas. Prevalensi stunting di Indonesia mencapai 30%-39%. Nawacita Presiden RI bahwa stunting tertuang dalam RPJMN 2020-2024 dengan target penurunan prevalensi menjadi 14%. Jumlah kasus stunting Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau tahun 2020 sebesar 7,2%. Berdasarkan studi pendahuluan di Pustu Kelurahan Setokok, tercatat sebanyak 7 balita stunting.

    Metode : Upaya pencegahan stunting melalui program kemitraan berupa kegiatan penyuluhan dan pelatihan budidaya ikan tamban menari sebagai bahan makanan olahan fish crackers dan nugget, berikutnya kegiatan pemberdayaan warga sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, serta pola pengasuhan yang baik dalam pemenuhan gizi dan perkembangan balita.

    Hasil: Kegiatan yang dilakukan selama bulan Desember 2021 telah memberikan dampak dan hasil positif yaitu kesadaran warga antara lain berupa pembentukan Kelompok Nelayan (Pokyan) setempat untuk peningkatan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman dalam penyediaan MP-ASI dengan mamanfaatkan potensi sumber daya kelautan ikan tamban menari serta olahan fish crackers dan nugget. Optimalisasi peran posyandu melalui program kemitraan ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat, kader dan mitra posyandu selaku sasaran. Program ini diharapkan dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan.

  • Nurhafizah Nasution, Universitas Batam

    Latar Belakang : Indonesia dihadapkan Double Burden, artinya selain menghadapi masalah kekurangan gizi stunting dan anemia, pada saat yang sama juga menghadapi masalah kelebihan gizi dan obesitas. Prevalensi stunting di Indonesia mencapai 30%-39%. Nawacita Presiden RI bahwa stunting tertuang dalam RPJMN 2020-2024 dengan target penurunan prevalensi menjadi 14%. Jumlah kasus stunting Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau tahun 2020 sebesar 7,2%. Berdasarkan studi pendahuluan di Pustu Kelurahan Setokok, tercatat sebanyak 7 balita stunting.

    Metode : Upaya pencegahan stunting melalui program kemitraan berupa kegiatan penyuluhan dan pelatihan budidaya ikan tamban menari sebagai bahan makanan olahan fish crackers dan nugget, berikutnya kegiatan pemberdayaan warga sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, serta pola pengasuhan yang baik dalam pemenuhan gizi dan perkembangan balita.

    Hasil: Kegiatan yang dilakukan selama bulan Desember 2021 telah memberikan dampak dan hasil positif yaitu kesadaran warga antara lain berupa pembentukan Kelompok Nelayan (Pokyan) setempat untuk peningkatan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman dalam penyediaan MP-ASI dengan mamanfaatkan potensi sumber daya kelautan ikan tamban menari serta olahan fish crackers dan nugget. Optimalisasi peran posyandu melalui program kemitraan ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat, kader dan mitra posyandu selaku sasaran. Program ini diharapkan dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan.

  • Herliana Bakri , Universitas Batam

    Latar Belakang : Indonesia dihadapkan Double Burden, artinya selain menghadapi masalah kekurangan gizi stunting dan anemia, pada saat yang sama juga menghadapi masalah kelebihan gizi dan obesitas. Prevalensi stunting di Indonesia mencapai 30%-39%. Nawacita Presiden RI bahwa stunting tertuang dalam RPJMN 2020-2024 dengan target penurunan prevalensi menjadi 14%. Jumlah kasus stunting Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau tahun 2020 sebesar 7,2%. Berdasarkan studi pendahuluan di Pustu Kelurahan Setokok, tercatat sebanyak 7 balita stunting.

    Metode : Upaya pencegahan stunting melalui program kemitraan berupa kegiatan penyuluhan dan pelatihan budidaya ikan tamban menari sebagai bahan makanan olahan fish crackers dan nugget, berikutnya kegiatan pemberdayaan warga sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, serta pola pengasuhan yang baik dalam pemenuhan gizi dan perkembangan balita.

    Hasil: Kegiatan yang dilakukan selama bulan Desember 2021 telah memberikan dampak dan hasil positif yaitu kesadaran warga antara lain berupa pembentukan Kelompok Nelayan (Pokyan) setempat untuk peningkatan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman dalam penyediaan MP-ASI dengan mamanfaatkan potensi sumber daya kelautan ikan tamban menari serta olahan fish crackers dan nugget. Optimalisasi peran posyandu melalui program kemitraan ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat, kader dan mitra posyandu selaku sasaran. Program ini diharapkan dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan.

Diterbitkan

2022-06-30